JAKARTA, BABEMOI— Sikap Gubernur Banten Wahidin Halim yang menyuruh perusahaan mencari karyawan baru jika Para Buruh Pekerja menolak UMK yang ditetapkan Pemprov Banten mendapat reaksi keras dari para pekerja dan Buruh.
Bahkan mereka menilai Gubernur Banten Wahidin Halim seperti “Kacang lupa Kulitnya”, arogan, bahkan melecehkan pekerja dan buruh.
Menurut HM. Jusuf Rizal, aktivis pekerja dan buruh, Ketum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI), apa yang dilakukan Wahidin Halim sebagai Gubernur Banten menunjukkan sikap tidak menyejukkan, tapi justru melecehkan perjuangan pekerja dan buruh.
“Wahidin Halim itu seperti Kacang Lupa Kulitnya. Waktu maju jadi Gubernur butuh suara pekerja dan buruh, tapi setelah jadi, bukannya mendukung malah jadi arogan seolah perjuangan buruh itu mengganggu,” tegas Jusuf Rizal kepada media menyikapi statement Wahidin Halim di Jakarta.
Sebagaimana dilansir media, menyikapi aksi demo pekerja dan buruh di Banten yang menuntut kenaikan UMK, Wahidin Halim justru menghimbau agar perusahaan yang karyawannya menolak UMK, cari lagi karyawan. Karena masih banyak orang yang mau digaji Rp.2,5-4 juta.
Bagi Jusuf Rizal yang juga Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat), pernyataan Wahidin Halim itu melukai para pekerja, dan seolah-olah Wahidin Halim melihat perjuangan pekerja dan buruh hanya mengganggu perusahaan.
“Semestinya Wahidin Halim walau kurang sejalan dengan permintaan kenaikan yang telah diatur dalam UU itu, tidak perlu bersikap arogan dan tidak menghargai perjuangan pekerja dan buruh. Seolah Wahidin Halim sudah paling benar dan bersih,” tegas pria berdarah Madura-Batak, Ketua Tim Relawan Pekerjaan dan Buruh Jokowi-KH.Ma’ruf Amin itu.
Jusuf Rizal yang kini mewadahi Driver-Biker-Ojek Kamtibmas Community (DBOKC) Mitra Kepolisian seluruh Indonesia itu menyatakan mendukung aksi pekerja dan buruh memperjuangkan kenaikan UMK, sepanjang tidak anarkis.
Tentang aksi pekerja dan buruh yang menduduki kantor Gubernur Wahidin Halim, Jusuf Rizal menilai hal itu tidak perlu terjadi jika Wahidin Halim mampu mengayomi dan mau duduk bersama dengan para pekerja untuk bermusyawarah.
“Jika Wahidin Halim terus lari-lari tidak mau menampung aspirasi pekerja dan buruh, bahkan terkesan memandang sebelah mata perjuangan pekerja dan buruh, maka gerakan itu bisa memunculkan perlawanan yang merugikan Wahidin Halim,” tegas Jusuf Rizal, Ketum PWMOI (Perkumpulan Wartawan Media Online Indonesia) itu.